Kenapa siswa takut matematika?

Kenapa siswa takut matematika ?

Kenapa siswa takut dengan pelajaran matematika?, Hal inilah yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Sebuah pernyataan yang umum jika ada yang berpendapat bahwa mempelajari matematika adalah sesuatu hal yang sulit dan menakutkan, khususnya bagi peserta didik pada umumnya.

Padahal menurut saya mempelajari matematika adalah hal yang sangat mudah, menyenangkan, dan bermanfaat bagi kita baik dalam segi ilmu pada pelajaran sekolah ataupun untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, jika memang matematika menyenangkan dan mudah, apa yang menyebabkan terciptanya anggapan atau pernyataan bahwa matematika itu sulit dipelajari?.

Berikut ini adalah beberapa penyebab siswa takut matematika:

1. Guru atau Pengajar

Didalam sebuah proses pembelajaran guru adalah inti dari proses pembelajaran itu, karena guru adalah seseorang yang membimbing dan mendidik siswa dari yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu.

Pada intinya ketika seorang guru mampu membawa pembelajaran dengan suasana yang nyaman maka siswapun akan mampu menerima ilmu dengan baik dan mudah. Coba kita rasakan ketika guru matematika kita cuek dan tidak banyak bicara, suasana kelas akan menjadi terlalu serius dan tidak menyenangkan.

Sebaliknya, jika guru matematika kita murah senyum dan sabar, maka suasana pembelajaranpun akan menjadi santai dan menyenangkan.

Guru bisa dikatakan salah satu faktor terpenting dalam pembelajaran, kualitas dan karakter guru akan menentukan apakah pembelajaran akan berhasil atau tidak.

a. Kualitas Guru

Kualitas guru adalah kemampuan guru dalam mengajar matematika pada siswa. Kadang guru matematika tidak bisa mengajar matematika dengan efektif dan efesien, seperti terlalu banyak menggunakan angka-angka yang abstark atau tidak nyata dan tidak berusaha untuk memahamkan siswa pada materi secara penuh tetapi sekedar memberikan rumus-rumus saja.

Karena menurut saya pemahaman itu lebih penting dari pada menghafal rumus-rumus. Hal ini juga sesuatu yang setiap kali saya terapkan dalam mempelajari ilmu matematika. Jadi saya tidak hanya menghafal rumus tetapi juga berusaha bertanya dan mengetahui darimana rumus ini terbentuk, dan bagaimana permasalahan dikehidupan nyata yang dapat saya selesaikan dengan rumus matematika ini.

Cara mengajar guru juga termasuk dalam sebuah kualitas. Mengajar pelajaran matematika dengan alat peraga dan permainan akan lebih menarik dan masuk pada siswa daripada hanya belajar dengan duduk dibangku dan mendengarkan guru yang sedang ceramah didepan kelas.

Atau mungkin bisa menggunakan alat atau trik-trik tertentu, seperti berhitung menggunakan alat bantu sempoa dan menghafal perkalian dengan jari tangan. hal ini akan sangat mengasyikkan, dan waktu pembelajarannya bisa juga dipisah diluar pelajaran sekolah.

Proses belajar yang baik tidak diukur dengan seberapa banyak rumus yang dihafal tetapi bagaimana menciptakan susana pembelajaran yang mengasyikkan tetapi tetap pada jalur pembelajaran. Sehingga siswa akan lebih mudah paham dan merasa belajar matematika adalah mengasyikkan.

b. Karakter Guru

Karakter adalah sesuatu yang dimiliki setiap guru, dan hal ini akan menentukan bagaimana sikap guru dalam mengajar. Contohnya adalah guru yang suka marah-marah, atau cuek ketika ada siswa yang masih bersemangat untuk terus bertanya.

Kadang ada juga guru yang merespon pertanyaan siswa yang ingin bertanya dengan jawaban yang sinis dan itu tidak disukai oleh siswa, atau malah mengejek siswa yang bertanya itu karena tidak memperhatikan. Bukankah siswa yang tidak bertanya belum tentu dia mengerti?.

Guru yang baik adalah guru yang sabar dalam menghadapi perilaku dan pertanyaan-pertanyaan siswanya, serta dengan senang hati mengajari kita seperti Ibu kadung kita.

2. Siswa atau Peserta didik

Penyebab kedua adalah dari siswa atau peserta didik itu sendiri. Karena yang diajar matematika juga harus mampu menempatkan diri dalam pembelajaran.

a. Kemampuan dasar siswa

Pelajaran matematika adalah sebuah pelajaran yang berkelanjutan, yaitu suatu ilmu yang saling melengkapi mengikuti jenjang pendidikan yang ditempuh, artinya ilmu matematika yang kita dapat di SD akan menjadi ilmu dasar atau prasarat untuk mempelajari materi matematikan di SMP dan SMA.

Sebenarnya Guru yang berperan penting dalam proses pembelajaran matematika adalah guru SD. Ketika di SD, saat itulah seorang siswa akan membentuk mindset apakah matematika itu menyenangkan dan mudah, atau bahkan sebaliknya yaitu sulit dipelajari.

Siswa di SD adalah masa-masa yang menentukan kualitas siswa dimasa depan, jika guru SD nya baik maka akan menciptakan siswa-siswi yang baik pula, seperti haus akan keingintahuan dengan terus bertanya, atau sangat suka mempelajari matematika atau berhitung.

Dan mengenai materi prasyarat, matematika yang telah diterima di jenjang pendidikan sebelumnya akan mempengaruhi siswa dalam menguasai materi matematika di jenjang pendidikan yang sekarang sedang ditempuh.

Misalnya, ketika siswa kesulitan berhitung seperti pada operasi perkalian dan pembagian, maka akan sulit pula mempelajari pelajaran selanjutnya yang diperlukan banyak operasi perkalian dan pembagiannya, dan berlaku juga untuk sebaliknya.

b. Karakter Siswa

Karakter setiap siswa tentulah berbeda satu dengan lainnya, dan dalam pembelajaran matematika karakter yang diperlukan adalah percaya diri, yaitu dengan tidak takut bertanya jika ada yang belum dimengerti, bertanya dan terus bertanya sampai mengerti.

Jika kita tidak mengerti kemudian takut bertanya atau diam saja, maka itu akan merugikan kita, karena ada hal yang masih mengganjal di pikiran kita, dan walaupun kita berusaha untuk memecahkan masalah itu sendiri akan lebih mudah dan cepat jika langsung bertanya pada guru.

c. Rasa tidak suka dengan Guru

Kadang siswa ada yang tidak suka dengan Gurunya, dan hal ini akan menjadi penghabat terbesar untuk belajar dikelas. Ketika siswa sudah tidak suka dengan Guru maka apapun yang dikatakan Guru akan sedikit yang masuk atau didengarkan, dan respon dan suasana hati siswa juga akan buruk dengan pelajaran itu.

d. Kurang mecoba menyelesaikan soal

Pembelajaran matematika yang menuntut siswa untuk terus mencoba dan mencoba, berbeda dengan imu bahasa yang kita hanya membaca dan memahami isinya. Jika kita mempelajari matematika dengan banyak membaca tetapi sedikit mencoba atau prakteknya maka kita tidak akan sulit mengingatnya dalam jangka waktu panjang, mungkin sekarang paham tetapi besok lupa lagi.

Jadi setelah memahami satu konsep, siswa harusnya sering mengerjakan soal-soal yang ada, karena variasi soal akan membuat siswa lebih memahami materi yang sedang dipelajari. jadi mencoba dan terus mencoba, harus sering praktek mengerjakan soal-soal. Jangan takut salah karena kesalahan tersebut akan menghidarkan pada kesalahan yang sama pada Ujian Sekolah.

e. Mindset siswa terhadap matematika dari awal

Ketika siswa sejak kecil sering mendengar jika matematika adalah pelajaran sulit maka secara tidak sadar akan mempengaruhi pola pikir atau keyakinan bahwa matematika itu memang sulit.

Contohnya, seperti siswa SD yang baru mengenal matetmatika di kelas 2 kemudian diberitahu kakak kelas 3 jika matematika itu sulit, dan akhirnya sampai SMA siswa tersebut tetap menganggap matematika itu sulit sehingga menghambat hasrat tau keinginan siswa tersebut untuk mempelajari matematika.

f. Kesehatan siswa

Dalam hal kesehatan siswa ini maksudnya adalah asupan makanan siswa akan mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Karena perkembangan otak anak dipengaruhi oleh asupan makanan siswa tersebut setiap hari. Misalnya untuk perkembangan anak, maka harus sering sarapan pagi setiap hari dan lauknya adalah telur yang kaya protein yang baik untuk perkembangan otak anak.

Namun tambahan juga, bahwa kemungkinan faktor keturunan atau gen anak juga mempengaruhi perkembangan kognitif siswa.

Baca Juga: Cara Mudah Belajar Matematika

Demikian beberapa faktor atau penyebab kenapa siswa beranggapan jika matematika sulit untuk dipelajari, semoga bermanfaat.

1 comment: